Bahaya dari Aplikasi Gratis Smartphone
Anda mempunyai smartphone? Mungkin banyak yg mengungkapkan iya, apalagi jikalau Anda seorang pelajar, mahasiswa atau pekerja. Smartphone sekarang menso bab yg tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Anda pun tentu tidak absurd lagi dengan sebuah aplikasi, baik itu game, unittivitas, serta lainnya. Di ‘pasar’ aplikasi, baik itu Play Store, Windows Store serta lainnya, tentu menyediakan dua pilihan aplikasi, yakni berbayar serta gratis.
Aplikasi-aplikasi khususnya yg gratis tentu mempunyai berbagai kelemahan, ibarat banyaknya iklan yg tampil. Namun lebih dari itu, ternyata ada bahayanya dari aplikasi gratisan yg dtawarkan oleh developer.
Aplikasi gratis yg menampilkan banyak iklan, dapat membuat kita sakit kepala, hal ini diungkapkan oleh para peneliti. Sebuah studi terbaru pun menemukan, selain iklan, aplikasi gratis ini menguras baterai ponsel Anda lebih cepat, serta memakai lebih banyak data.
“Iklan di aplikasi gratis menguras baterai ponsel Anda lebih cepat, aplikasi ini pun diatur berjalan lebih lambat serta memakai data lebih banyak,” kata William Halfond, penulis serta penelitian yg akan mempresentasikan pada Konferensi Internasional ihwal Rekayasa Perangkat Lunak (ICSE) di Italia pada bulan Mei.
Bila ketimbang dengan aplikasi tanpa iklan, para peneliti menemukan bahwa ada ancaman dari aplikasi gratis ini, di antaranya:
Aplikasi gratis yg menaygkan iklan memakai rata-rata 16 persen lebih banyak energi, sehingga menurunkan daya tahan baterai smartphone 2,5-2,1 jam dari waktu rata-rata.
Central Processing Unit A telepon (CPU) yaitu ibarat otaknya, serta iklan memakan banyak kekuatan otak, sehingga akan memperlambat serta menurunkan performa CPU.
Aplikasi dengan iklan mengambil rata-rata 48 persen waktu CPU, memakai memori 22 persen lebih besar serta 56 persen utilisasi CPU yg lebih besar (jumlah waktu CPU yg digunakan).
Karena iklan sendiri merupakan sebuah konten yg telah diunggah, maka aplikasi dengan iklan menjadikan smartphone memakai lebih banyak data, sampai 100 persen lebih, dalam beberapa kasus.
Rata-rata, aplikasi ini memakai sekitar 79 persen lebih banyak data jaringan, biaya yg keluar diperkirakan 1,7 sen setiap kali mereka digunakan–berdasarkan rata-rata biaya per MB dibebankan oleh AT & T.
Selanjutnya, Halfond mengungkapkan ia berharap untuk membuat model-model yg akan memungkinkan pengembang aplikasi untuk memprediksi, seberapa baik unit mereka akan diterima oleh masyarakat, dengan serta tanpa iklan.
“Apps yaitu masa depan perangkat lunak. Pikiran bahwa kita semua akan terus mengkonsumsi perangkat lunak, daripada desktop yg ketinggalan jaman,” tambahnya. Dilansir viva.co.id
Source: dakwatuna.com